Pages

Sakit sebagai Nikmat Yang Luar Biasa

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Seperti apa sakit yang “nikmat” itu ?? Aku ingat. Masa sakit yang kualami saat aku berseragam putih-abuabu dulu. Hampir 1 bulan aku tidak masuk kelas. Keluar masuk rumah sakit, berganti-ganti dokter dan rumah sakit. Masing-masing, belum menemukan sakitku. Sampai suatu hari di bawa ke IGD RSP Sidawangi, dan disanalah Allah memberikan jalan kesembuhan.

***
Saya percaya saat sakit menghampiri kita, saat itulah Allah merindukan keluh kesah kita, merindukan tetesan mutiara bening yang lama kita tahan. Air wudu yang terasa begitu terasa dingin menusuk tulang, ku nikmati dengan lirih, tak terasa bulir mutiara ku mengintip tertahan di pelupuk. Yaa Allah, kucoba jalani kerinduan ini dengan ikhlas. Sungguh nikmat sekali dan kerinduan itu tumpah dalam telaga air mata. Mengalir begitu saja. Meruntuhkan semua ego dan menghentikan kesombongan hamba.

***
Pasrah dengan kerinduan, ikhlas dengan qodo dan qodarmu. Ketika waktu itu hampir tiba, ibu mendekap ku erat, dan bapak berlari meminta pertolongan. Saat itu terlihat kilau kereta kencana datang mendekat, dan seorang mahluk berjubah putih itu menjulurkan tangannya.
Kuceritakan pada ibu bapakku, ada yang menjemputmu dengan kereta kencana. Kulihat ibuku berlinang air mata, mendekap ku lebih erat. Sekujur tubuh ku lemas dan menggigil luar biasa. Rasa dingin itu mengalir terus keatas menuju tenggorokan membuat sesak nafasku. Aku berusaha ikhlas. Mungkin sudah waktunya aku kembali pada-Nya. Ibuku lirih, mohon beri kesempatan umur untuk putrinya. Bapakku berlari membagikan sedekah pada anak yatim dan piatu yang sengaja diundang. Kepada anak-anak yatim dan piatu tersebut dengan berlinang air mata bapak minta didoakan sembuhkan putrinya.

Seketika mahluk berjubah putih melepaskan tanganku dan berbisik, "belum waktunya saya menjemputmu" dia pergi bersama kereta putih berkilau.

Kuceritakan pada ibuku, kereta kencana itu pergi dan berpesan, belum waktunya menjemput ku.  Seketika rasa hangat mulai mengalir ditubuh yang semula menggigil.

Jazakallah khoir ibu dan bapakku yang tulus menerima ku. Tiada yang bisa saya berikan sebanding dengan membalas kebaikan kalian. Selain doa.

Yaa Allah ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami. Masih terbayang air ibu yang mengalir dalam rintihan dan doanya di sepertiga malam terakhir, mendoakan kebahagiaan kami anak-anaknya. Sayangilah kedua orang tua kami, sebagai mana mereka menyayangi kami diwaktu kecil.

Yaa Allah muliakanlah mereka, tiada kami bisa membalas tangis ibu dan keringat bapak. 


Hikmah dari sakit yang kita derita:

Mensyukuri segala kenikmatan yang Allah karuniakan, dan memahami rapuh dan lemahnya kita dihadapan Allah azza wa Jalla.

Mendekatkan diri kita kepada Allah Pencipta Alam semesta, setiap detik rasa sakit membuat kita ingat akan kematian. Dan tanpa terasa mengalir bulir dari pelupuk mata mengiringi kalimat-kalimat thoyyibah, istighfar.

Ibadah malam terasa nikmat lebih dari biasanya. Saat kita hanya berdua seakan memendam kerinduan yang lama, disibukan duniawi yang tiada habisnya. Bulir-bulir mutiara berlinang menjadi saksi indahnya kalimat taubat itu lirih dari bibir tipis tak bergincu. Disela-sela sujud yang damai.

Setiap sakit terasa mengalir sebagai pelebur dosa diiringi istighfar dan kalimat thoyyibah, kala wudu terasa sekali dosa-dosa ini luntur mengalir bersama sisa wudu. Dan yang maha dahsyat ketika sholat. Sambil meresapi arti setiap gerakan sholat, tanpa terasa mengalir air mata seakan-kita akan berbicara langsung dengan Robb pencipta alam semesta. Rendah, hina sungguh kita dihadapan-Nya. Sampai dengan ketika sujud, harta kita tiada harganya, jabatan kita tiada ada artinya. Mengakui keagungan illahi Rabbi. Mengalir lagi bulir air mata, rasanya tenang hamba kembali pada-Mu Yaa Robb dalam keadaaan sujud seperti ini. Yaa Robbi jika tiba waktunya hamba harus kembali pada-Mu panggillah hamba-Mu ini dalam Husnul khatimah. Ambillah hamba dalam sujud hamba pada-Mu Robb.

Dan yang terakhir ini bonus, tambahkan sodara, menjalin silaturahmi dengan orang-orang baru: para dokter, suster, sesama pasien. Indahnya hidup ini, bila kita bersama orang-orang yang saling mendoakan dan mendukung kita.

Semoga tulisan ini dapat menghibur hati teman-teman yang sedang sakit, terima kasih telah mengunjungi blog saya.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Dokter, Rumah Sakit dan Perawat yang bekerja dengan hati

Tulisan ini adalah pengalaman pribadi dan orang-orang terdekat yang membuat saya selalu mengenang dan merindukan dokter dan rumah sakit yang pernah menangani riwayat medis saya dan orang-orang terdekat saya. Hal-hal yang membuat kita balik lagi ke RS atau dokter yang sama, saat membutuhkan pertolongan medis.



Saya share pengalaman yang berkesan untuk dikenang, yang membuat saya merindukan mereka dan menitipkan salam walau hanya dengan selembar doa.


1999

Pengalaman awal urusan dokter dan rumah sakit saya alami saat kelas 2 SMA (tahun 1999). Saat itu badan saya demam, batuk, pilek berkepanjangan. Seminggu pertama ibu memberiku obat batuk yang beredar bebas di pasar. Cukup ampuh, namun beberapa hari kemudian gejala muncul lagi. Akhirnya saya dibawa ke medis. Tiga hari tidak berangkat sekolah. Setelah merasa agak nyaman saya berangkat ke sekolah. Namun gejala itu hilang timbul, sampai suatu hari saya masuk UGD di salah satu rumah sakit swasta di Cirebon. Saya dirawat inap selama 5 hari kemudian divonis usus buntu dan harus segera diangkat namun tidak disertai bukti medis yang memadai. Keluarga ku menandatangani pernyataan tidak bersedia, dan bertolak pulang. Hingga suatu malam saya terpaksa dilarikan ke IGD RSP Sidawangi. Saat itu ditangani oleh dr.Rudy. Dari hasil rontgen ditemukan flek paru, sehingga saya harus menjalani rawat jalan rutin selama 6 bulan, tanpa putus.

Satu yang berkesan dari dokter muda ini. Dia mau mendengarkan ocehan anak kecil manja yang meminta sedikit perhatiannya merasakan rasa sakit yang diderita. Cara dia mendengarkan dan menatap mata saya saat saya berkeluh kesah itu benar-benar menyentuh hati. Saya masih inget bagaimana si dokter mau memperhatikan gerakan tangan saya yang mempraktekkan nyeri dan sakit yang saya derita. Geli klo inget hal ini. Begitu tulusnya dokter Rudy merawat saya. Saat itu usianya sekitar 35 tahun, berarti saat ini usianya sekitar 54 tahun (tahun 2019). Yaa Allah... Sampaikan salam dan kerinduan saya padanya, anugerahkanlah ia rizki dan umur yang berkah. Aamiin.

Perawat di RSP Sidawangipun sangat ramah dan bersahabat. Setiap hari, beberapa kali dalam sehari suster selalu menyapa kami dan menawarkan bantuan sambil mengecek selang infus yang melingkar di tangan ku.


2003

Saat itu aku kuliah tingkat III di FE UNS Surakarta. Suatu malam aku pesan teman kost "aku mo bobo dulu ya biar demamku reda, jangan berisik". Ternyata mereka membangunkanku dan mengantar ke RS dr.Oen Kandang Sapi Surakarta, rumah sakit terdekat dari kost ku. Aku pasrah. Sampe rumah sakit keringat ku bercucuran, tidak bisa disembunyikan rasa cemasku, cemas ketemu tim medis, cemas ngeliat jarum suntik yang saat itu menusuk pasien di sebelah ranjang IGD ku. Aduh hatiku ga karuan. Aku sempet pesen ke temanku, "mintain obat turun panas aja ya, trus antar aku pulang." Temanku cuma mengiyakan sambil mengambil KTP dan KTM dari dompetku sebagai jaminan rumah sakit. Isi dompet ku saat itu lagi sekarat. #duh malu, tutup mata pake bantal.

Tiba-tiba petugas medis mengambil sampel darah, dengan jarum yang runcing menembus kulitku, ngilu, aku pengen kabur, tapi apa daya, untuk bangkit dari ranjang pun aku tidak sanggup. Beberapa menit kemudian aku diantar ke kamar rawat inap. Infuspun dipasang di tanganku. Yaa Allah, jarum-jarum itu satu persatu menembus kulitku. Aku lirih. Ingin menjerit. Perlahan mataku terpejam tidak sanggup menahan kantuk, yang mungkin masuk lewat bius dari infus ini.

Esok paginya dokter datang didampingi susternya membawa membawa hasil tes darah. Membawa berita yang menyayat hati. Positif DBD dan gejala Typus.

Terdengar getir, namun senyum ramah dokter dan suster yang menyapa dengan lembut menghapus rasa cemasku, menyapa tulus dari hati. Dan aku tak kuasa menolaknya. Kubalas dengan senyum juga. Adem dengan keramahan mereka, ditengah rintihan kalbuku.

Setiap hari perawat menyapaku ramah dan datang membawakan air hangat untuk mandi, serta menawarkan bantuan memandikan, sehari 2x yaitu subuh dan petang (bagian dari SOP mereka).

Saya memilih mandi dibantu teman saya bergantian ukhti Very Susanawati, ukhti Maria Ulfa, ukhti Trisrina, mba Tatit, Mba Umi (jazakillah khoir, semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali ke Jannah-Nya. Aamiin. Kangen banget sama kalian, sampe netes air mata ini klo inget masa-masa itu). Dengan kelembutan kalian belai aku, dan mendoakan kesembuhan, dan saling mengingatkan sholat. Sungguh indah kenangan itu.

Beberapaa jam kemudian sarapan diantar. Dimana-mana namanya pasien itu ga doyan makan, aku malah sebaliknya. Cocok banget ama kuliner rumah sakit ini. Siapa ya master chief nya? ahli gizinya kok bisa klik dengan saya, hahaha...

Selang beberapa jam snak dan susu datang. Langsung saya lahap habis. Rasanya masih tetap lapar, sempat juga tanya ke suster boleh ga minta porsi double, hahaha.... Eh suster cuma jawab senyuman, padahal aku serius. #eh...

Tak terasa seminggu saya disini, ibuku datang menjemput dan aku pulang ke Cirebon.



2008

Persalinan anak pertama saya, ditangani oleh dr.Dadang,Sp.OG dan tim medis RSIA Muhamadiyah Cirebon. Dokter nya sabar banget mau nunggu agar bisa bersalin normal. Bayi saya yang baru lahir sempat menggemparkan penghuni rumah sakit, karena tangisannya yang membahana... Masya Allah...

2011
Persalinan anak kedua saya, ditangani oleh Bidan Ika Sumarno yang sabar nunggu agar bersalin normal. Alhamdulillah.


2019
Februari 2019, ga tau kenapa flu pilek dah seminggu lebih belum juga reda. Biasanya flu pilek saya selama 3-7 hari pasti sembuh sendiri, dengan banyak makan buah-buahan, sayuran dan berjemur di pagi hari. Anehnya tiap kali berjemur gejalanya mereda, namun setelah nya kembali terasa nyeri di tenggorokan dan susah menelan. Karena punya sodara (alumni FK-UNS yang senior yang sudah seperti bude sendiri, kucoba minta advice). Dapat resep amox 3x1, dexa 0,75 mg 3x1, bisolvon 3x1, vit C 500 mg 1x1. Jangan makan es, jangan makan gorengan, banyak makan sayur dan buah, berjemur pagi. Ok. Gejala reda... Tapi begitu obat habis, gejala menyerang lagi. Bude menganjurkan ke puskesmas minta rujukan ke THT.Akhirnya aku berkunjung ke Puskesmas (ini pertama kali datang ke Puskesmas, bukan untuk kegiatan kedinasan) 

Ditangani dokter muda kelahiran Medan, 7 Juni 1985 dr.Kenny,Sp.THT-KL (gelarnya panjang bener, artinya apaan ya?), saya ceritakan keluhan saya. Setiap kali menikmati makanan malah merintih nyeri.... Eh dokternya senyum khas, yang terlihat matanya merem karena sipit dan berbalut kacamata. #maaf dok saling sering nya berkunjung jadi apal. Meskipun dokter yang satu ini pelit banget senyum pada pasien, namun saya bisa merasakan bahwa dia tipe orang yang serius pada pekerjaan. Klo anak anda sakit, dokter tipe ini sangat tidak dianjurkan. Karena psikologis anak pasti sangat terpengaruh dengan penyampaian medisnya. Klo boleh saran, bila anak anda yang sakit carilàh dokter spesialis anak, yang selain menguasai medis, juga dibekali penyampaian pesan medis sesuai usia tumbuh kembang anak, sehingga anak merasa nyaman dan termotivasi untuk sembuh. Maaf rada OOT. Balik ke topik lagi ya.

Nikmat bener rasa sakit ini, semoga jadi penggugur dosa-dosa hamba... Alhamdulillah ternyata diberi sakit itu membuat kita sadar bahwa nikmat sehat itu sangat berharga. Kunjungan 1, 2, 3..... ga kerasa sampe kunjungan 6 akhirnya berlalu.



Selanjutnya dirujuk ke spesialis penyakit dalam dengan diagnosa LPR (apaan ya???). Ditangani dr.Bungsu,Sp.PD. Sekarang sudah kunjungan ke-2 ( Juni 2019).

Dari cerita di atas, beberapa alasan berpaling ke lain hati (ganti dokter dan rumah sakit) berdasarkan pengalaman pribadi dan orang-orang terdekat saya.


1. Tidak Menerima Asuransi BPJS

Anak ekonomi pasti ga pernah lepas dari prinsip ekonomi, hehehe.... Aku tidak pernah menghiraukan keluhan rekan-rekan kantorku tentang perbedaan perlakuan antara pasien Askes/ BPJS dengan pasien umum. Saat itu yang ada dipikiran ku agar kartu hijau ini bisa memberi nilai guna bagi pemiliknya. Kartu hijau (semula Askes kartu nya berwarna kuning sekarang menjadi BPJS kartu nya berwarna hijau) ini ternyata sudah banyak kemajuan. Sehingga bisa maslahat bagi masyarakat dan juga ASN (PNS). Kami tidak lagi ragu memperlihatkan kartu hijau untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Nah ada juga pelayanan kesehatan yang belum menerima kerjasama dengan BPJS. Wah ini sih sudah saya coret dari list. #hihihi.... Tertawa puas.


2. Tenaga Non Medis RS yang Kurang Profesional

Pelayanan yang buruk dari tenaga non medis membuat pasien tidak nyaman malahan sakit nya  tambah parah. Tahun 2009 di sebuah rumah sakit saya dibawa dengan kasur dorong, menuju ruang rontgen sampai depan pintu ternyata ruang rontgen masih terkunci dan terpaksa menunggu selama lebih dari setengah jam di depan pintu ruang rontgen dengan udara terbuka yang anginnya begitu menusuk kulit pasien tanpa pelindung selimut. Dimana rasa empatinya petugas medis ini. Saya merintih menahan dingin angin yang menusuk kulit. Bahkan tanpa permohonan maaf meninggalkan kami begitu saja. Sempat terlihat Bapakku menetes air mata melihat putrinya diperlakukan seperti ini. Yaa Allah ini rumah sakit, bener-bener perlu dibenahi dan audit ISO.

Telpon hotline yang representatif dan informasi yang dapat diakses secara online juga diperlukan, sehingga pasien mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Pernah saya temui di website salah satu rumah sakit yang menyebutkan daftar praktek poli dokter spesialis tertentu (saat mendekati lebaran idul Fitri tetap buka). Sempat kami hubungi nomor hotlinenya. Eh, nyampe tempat, dikomputer pengambilan antrian terpasang pengumuman dokter tersebut sedang cuti. #gubrak.... sistem informasi rumah sakit  ini kurang koordinasi dan  perlu segera  dibenahi, klo ga lagi sakit mo saya temui langsung manajer nya. 

Bagi sebagian orang mungkin langsung  telpon ke RS lain dah pindah tempat segera. Sebagian orang mungkin tidak balik lagi ke RS tersebut. Lebih gawat lagi cerita-cerita ke orang lain tentang pengalamannya yang kurang bagus. Semoga pengalaman ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi dokter dan pihak RS untuk berbenah menjadi lebih baik dan bisa diterima di masyarakat.


3. Manajemen RS yang Buruk

Manajemen RS sangat menentukan kualitas pelayanan buat pelanggan. Pernah atau sering harus antri dokter atau obat di apotik RS? Jika antri karena banyak pasien mungkin kita masih bisa maklum, tapi bagaimana kesalnya kita ketika lama menunggu tanpa terlihat banyak antrian? Yang membuat lama bisa jadi masalah birokrasi maupun lambatnya pelayanan. Ini rumah sakit perlu diaudit kali ya? Atau perlu saya temui pihak manajemen agar audit ISO management biar ada perbaikan ke depan.

Bila tidak segera berbenah bisa jadi pasien  "terpaksa kabur" setelah cek dokter karena tidak tahan menunggu selesainya obat dari apotik RS. Alih-alih memperbaiki kecepatan pelayanannya, manajemen RS malah menerapkan aturan agar setiap pasien wajib meninggalkan KTP di pendaftaran dan diambil setelah selesai. #tepok jidat, ga bakalan mampir kesini lagi.... (tahun 1999)


4. Tarif Rumah Sakit yang Mahal

Tarif pelayanan kesehatan saat ini bisa browsing dari google. Sehingga pasien sudah memiliki informasi dan menyiapkan dana yang dibutuhkan, ataupun prosedur yang perlu ditempuh jika menggunakan jalur BPJS atau asuransi lainnya. Saya pernah temui tarif RS yang "lebih mahal" dari seharusnya dan bukan kebetulan di sebelah RS persis ada sebuah apotik umum membuka harga yang lebih terjangkau. Jadi yang kami lakukan adalah berobat, bayar dokter kemudian ambil resep dan beli di apotik sebelah. Alih-alih mengevaluasi harga obat-obatan di RS tersebut, pihak manajemen malah menerapkan sistem satu pintu, jadi bayar dokter sama obat jadi satu untuk mencegah pasien kabur ke apotik sebelah. Yang terjadi pasien memilih untuk tidak kabur ke apotik sebelah, tapi kabur tidak periksa ke RS itu lagi. #geleng-geleng kepala. Padahal di RS tadi ada satu dokter anak yang cukup bagus dan komunikatif.


5. Fasilitas yang Minim

- Fasilitas medis misalnya peralatan untuk cek dokter maupun lab. Ketika diskusi dengan dokter biasanya minta uji lab sebagai referensi dan untuk lebih yakin kondisi yang dialami. Hal ini juga mempermudah dokter dalam diagnosa sekaligus bisa jadi bahan diskusi. Fasilitas pendukung medis yang kurang lengkap menjadi salah satu pertimbangan kami untuk pindah ke RS yang lebih komplit. Kelengkapan sarana penunjang medis juga tergantung dari besar kecilnya tingkat RS.

- Fasilitas non medis misalnya tempat parkir, musholah, toilet, kantin, tempat fotokopi, tempat sampah, instalasi listrik untuk ngecas hp, dll.


6. Dokter yang Kurang Komunikatif

Pelayanan pelanggan merupakan kekuatan dari RS meskipun fungsi utama yang lebih berperan pada gilirannya adalah tenaga medisnya baik dokter maupun perawat. Ada pengalaman kakak dulu saat anaknya masih bayi. Sering muntah-muntah dan diare.  Dibawa ke dokter anak di RS dekat rumah. Setelah dapat giliran masuk ruangan periksa, dokter langsung cek ini itu trus tulis ini itu, kasih resep, lalu dipersilahkan keluar. Tanpa senyum sedikit pun atau menyapa pasiennya. Ini dokter sariawan apa ya??? Kami mau diskusi Dok.... bukàn minta obat trus selesai. Bisa jadi setelah minum obat sembuh, tapi edukasi buat proteksi selanjutnya bagaimana? Apa memang mesti ke dokter lagi? Dokter seperti ini menempatkan dirinya seperti hakim, memberi vonis pasien tanpa mau mendengar kesaksian yang meringankan. #kabuur ga mau balik lagi, bye-bye dok... Semoga sikap pasien seperti ini bisa menjadi bahan introspeksi diri, bagaimana membuat pasien nyaman dan mengedukasi kesehatan agar lekas sembuh.

Dulu waktu mahasiswa (2000) ada salah satu teman saya yang sering banget kena gatal-gatal (alergi). Akhirnya saya antar ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dengan berapi-api dokter langsung nyerocos. Ini kena serangga. Anak kost ya? Tidur kasur di lantai? Males bersih-bersih? Jarang mandi? Ini dokter biasa jadi host kali ya?! Meski banyak benarnya tapi pedes banget didenger pasien, bikin tambah ngilu dengernya, tanpa memberi pasien kesempatan mengutarakan keluhannya.      Tidak memberi sugesti positif sama sekali. #mata melongo aja ketika dokter komat Kamit. Rasanya ga minat ndenger sama sekali.


7. Dokter dan Apotik yang Konservatif

Suatu hari si adek (keponakan) badannya panas dan mulai muncul bintik-bintik berair di badannya. Segera kita bawa ke dokter anak yang buka praktek di rumahnya. Setelah cek ini itu dan karena jelas sakitnya kita tidak banyak diskusi.

Akhirnya kita dapat obat aneh, botol sirup obat yang polos tanpa label lagi karena sengaja dilepas, diganti tempelan manual. "biar orang tidak tahu itu obat namanya apa dan tidak beli sendiri tapi datang lagi ke dokternya." #duh tanggung amat kenapa ga sekalian ganti tutup botolnya yang masih ada tulisan kecil nama obatnya. Klo masih ada jejaknya, mudah banget nyari info di Mbah Google. 


8. Dokter yang tidak Kompeten

Selain manajemen RS yang bagus serta peranan interaksi antara dokter dan pasien yang sangat penting untuk membangun kepercayaan, masalah kompetensi dari tenaga medis juga memegang peranan yang tidak kalah penting.

Masalah kompetensi ini sangat mudah ditemukan. Suatu ketika di tahun 1999 dokter menyebutkan pasien berpuasa karena jam 14 akan ada tindakan operasi usus buntu. Otomatis saat itu suster yang biasa mengirim makan tidak mampir. Yang menjadi pertanyaan dari mana dokter membuat diagnosa tersebut, padahal dari hasil rontgen, USG, tes darah tidak terbukti. Akhirnya kami buat surat pernyataan, dan pulang tanpa persetujuan dokter. Atas dasar apa tindakan medis itu dilakukan tanpa pendukung yang memadai. Bila ini terpaksa terjadi bisakah kami menuntut sebagai tindakan mallpraktek.
#Hallo dokter... Please be smart, kami emang dari kampung, tapi kami juga melek teknologi. Kami nyari sembuh bukan cari masalah.

Note:
Terima kasih kepada dr.Rudy dan tim medis RSTP Sidawangi.

Terima kasih kepada dokter dan tim medis RS.dr.Oen Kandang Sapi Surakarta. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan, semoga Allah pertemukan kita di jannah-Nya. Aamiin.

Terima kasih dr.Dadang,Sp.OG dan tim medis RSIA Muhamadiyah Cirebon.

Terima kasih Bidan Ika Sumarno yang sabar merawat persalinan saya.

Terima kasih bude dr.Cut Intan, bidan Yuli puskesmas Plumbon, dr.Kenny,Sp.THT-KL, dr.Bungsu,Sp.PD, dr.Yuki Mulyani,Sp.Rad, dr.Maryadi,Sp.Rad (yang ini rekomeded, baru kali ini ada dokter radiologi yang komunikatif) dan tim medis di  RS.Mitra Plumbon yang maaf tidak saya sebutkan satu-persatu (belum sempat berkenalan #eeeh).

Saya percaya segala macam penyakit bersumber dari hati. Jadi, temukanlah RS, dokter dan perawat yang bekerja dengan HATI, sebagai ikhtiar kita sembuh dari sakit niscaya dengan izin Allah, ada jalan kesembuhan. Aamiin...

Tapi ingat, jangan terbuai dengan dokter, rumah sakit, dan perawat. Ingatlah bahwa kesehatan itu utama dan tidak ternilai harganya.


Baca juga:




RS dr Oen Kandang Sapi Surakarta, nostalgia ku 16 tahun silam

Ngomong-ngomong tentang asuransi, kok jadi inget masa lalu saat rawat inap di RS.dr.Oen Kandang Sapi Surakarta.

Bagaimana ya keadaan RS.dr.Oen Kandang Sapi Surakarta saat ini. Saya masih inget logonya "teduh untuk sembuh".



Jadi pengen cerita 16 tahun silam (2003) saat saya dalam perawatan inap di sini. Aku mampir ke rumah sakit ini bada isya, lewat jalur IGD. Dianter teman-teman kost Wisma Herdita, pake taxi. Jujur aja saat itu akhir bulan dan kita lagi ga ada uang. Sebelum berangkat, teman-teman rembukan patungan mo nyumbang berapa untuk taxi dan lain-lain. Herannya mereka sama sekali tidak melibatkan ku untuk hal ini. Saat itu demam ku tinggi, lemas dan pusing. Aku sudah pasrah ketika mereka memaksaku untuk diantar ke rumah sakit. Walaupun sudah beberapa kali kutolak, ku jawab "nanti juga demamnya reda sendiri, aku mo bobo, jangan berisik ya". Eh mereka udah pesen taxi dan membangunkanku sambil bersiap memapahku jalan menuju taxi. Ok. Aku pasrah. Sampe rumah sakit keringat ku bercucuran, tidak bisa disembunyikan rasa cemasku, cemas ketemu tim medis, cemas ngeliat jarum suntik yang saat itu menusuk pasien di sebelah ranjang IGD ku. Aduh hatiku ga karuan. Aku pesen ke temanku, "mintain obat turun panas aja ya, trus antar aku pulang." Temanku cuma mengiyakan. Mengambil KTP dan KTM dari dompetku sebagai jaminan rumah sakit. Aduh malunya, isi dompet ku saat itu lagi sekarat.

Tiba-tiba petugas medis mengambil sampel darah tanpa izin, dengan jarum yang runcing menembus kulitku, rasanya aku pengen kabur, tapi apa daya, untuk bangkit dari ranjang pun aku tidak sanggup. Beberapa menit kemudian aku diantar ke kamar rawat inap. Aku marah pada teman kost ku karena pesanku tidak dihiraukan. Infuspun dipasang di tanganku. Yaa Allah, jarum-jarum itu satu persatu menembus kulitku. Aku lirih. Ingin menjerit. Ingin kabur. Tapi tidak sanggup. Perlahan mataku terpejam tidak sanggup menahan kantuk, yang mungkin masuk lewat bius dari infus ini.

Esok paginya dokter datang didampingi suster nya yang membawa tes darah. Positif DBD dan gejala Typus.

Namun senyum ramah dokter dan suster meruntuhkan rasa cemasku, menyapa tulus dari hati. Dan aku tak kuasa menolaknya. Kubalas dengan senyum juga. Adem ketemu mereka.

Di tengah kota Solo yang panas, di rumah sakit ini malah terasa adem. Kenapa ya?? Saya tidak tahu.

Para tim medis pun seperti benar-benar dilatih manner, sebelum terjun ke sini.

Setiap hari perawat menyapaku ramah dan datang membawakan air hangat untuk mandi pasien, dan menawarkan memandikan, sehari 2x yaitu subuh dan petang. Saya sudah sampaikan tidak, namun saya akhirnya memaklumi bahwa hal tersebut adalah bagian dari SOP mereka. Saya memilih mandi dibantu teman saya ukhti Very Susanawati, ukhti Maria Ulfa, ukhti Trisrina, mba Tatit, Mba Umi (jazakillah khoir, semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali ke Jannah-Nya. Aamiin. Kangen banget sama kalian, sampe netes air mata ini klo inget masa-masa itu). Dengan kelembutan kalian belai aku, dan mendoakan kesembuhan, dan saling mengingatkan sholat. Sungguh indah kenangan itu.

Beberapa jam kemudian sarapan diantar kamar inap. Dimana-mana namanya pasien itu ga doyan makan, saya malah sebaliknya. Cocok banget ama kuliner rumah sakit ini. Siapa ya master chief nya? ahli gizinya kok bisa klik dengan saya, hahaha...

Selang beberapa jam snak dan susu datang. Langsung saya lahap habis. Rasanya masih tetap lapar, sempat juga tanya ke suster boleh ga minta porsi double, hahaha.... Eh suster cuma jawab senyuman.

Akhirnya tak terasa seminggu saya disini, ibuku datang menjemput dan aku pulang ke Cirebon.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada tim medis RS dr Oen Kandang Sapi Surakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah melayani dengan hati yang tulus dan senyum yang lembut.

Jazakillah khoir untuk teman-teman Kost Wisma Herdita yang sudah maksa aku ke RS walaupun dengan keterbatasan yang ada. Love u all.

Jazakillah khoir teman-teman kampus FE UNS yang terpanggil turut merawatku selama di rumah sakit. Ukhti Maria Ulfa, ukhti Very Susanawati, ukhti Tisrina, Mb Tatit, mb Umi dkk. Perjalanan ukhuwah ini begitu indah. Semoga Allah SWT mempertemukan kita kembali ke Jannah-Nya. Aamiin.

Ibuku... yang ditengah duka, kau tetap berusaha tersenyum menghiburku.

Yaa Allah ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami. Masih terbayang air mata ibu yang mengalir dalam rintihan dan doanya di sepertiga malam terakhir, mendoakan kebahagiaan kami anak-anaknya. Sayangilah kedua orang tua kami, sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kecil.

Yaa Allah muliakanlah mereka, tiada kami bisa membalas tangis ibu dan keringat bapak. 

Aamiin...

Baca juga:




Bayar Kartu Kredit dapat cashback

Sejauh ini selain cek pesan WhatsApp hal pertama lain yang saya lakukan saat pegang smartphone adalah cek FB message dan cek email serta time schedule.

Di tanggal tertentu khususnya tanggal cetak tagihan kartu kredit, rasanya berat banget mau buka email. hahaha... Pokoknya serem dekat-dekat dengan yang namanya email masuk. Apalagi klo inget sudah belanja apa aja dengan kartu ajaib berwarna silver dengan logo dua bola merah ini selama bulan berjalan.

Lanjut ke cerita, pas itu saya sempat buka email di kolom promosi satu email masuk dari marketplace Tokopedia katanya ada fitur baru yaitu pembayaran kartu kredit kemudian ditambah embel-embel bisa dapat promo cash back senilai 5% dengan cara masukan kode voucher "KARTUKREDIT". Bisa untuk semua kartu kredit baik dari BCA, BNI, BRI, Mandiri, Bank Permata, ANZ/Digibank, Bukopin, Citi Bank, Danamon, Bukopin, HSBC, Bank Mega, Panin, Standard Charter. Lihat banner cashback bikin sumringah, hanya saja cash back 5% ini maksimal Rp50.000 lumayanlah buat ngebakso, hehehe....



Begitu tanggal cetak tagihan sudah muncul buru-buru deh buka Tokopedia dan memang benar di sana ada fitur baru bayar tagihan kartu kredit. Jenis kartu tentu saya arahkan ke CIMB Niaga dan tiba-tiba ada notifikasi untuk pembayaran kartu kredit CIMB Niaga butuh waktu setidaknya 3 hari kerja sekaligus dikenakan biaya sebesar Rp9.000,00 akan dimasukkan ke dalam tagihan bulan berikutnya. 


Ceritanya singkat saja nih, pembayaran telah saya proses melalui transfer dari rekening CIMB Niaga ke rekening Tokopedia (ternyata Tokopedia melakukan transaksi melalui rekening BNI seperti foto saya diatas). Kalau nggak salah untuk verifikasi pembayaran telah diterima pihak Tokopedia butuh waktu sekitar 5 sampai 10 menit. Yang lama itu proses dana diteruskan ke CIMB Niaga sebagai pembayaran tagihan Kartu Kredit.

Sesuai dengan nominal pembayaran yang saya lakukan mendapatkan cashback sebesar Rp50.000. (yaitu 5% dari nominal pembayaran yang kita keluarkan yaitu 1juta). Nah cash back ini bukanlah berupa potongan harga tapi diberikan setelah pembayaran terverifikasi dimasukkan ke saldo akun Tokopedia yaitu Toko Cash. Nantinya ini bisa kita gunakan untuk belanja produk apa saja yang tersedia di Tokopedia.



Proses dana diteruskan ke pihak bank memakan waktu sekitar 3 hari kerja maka bayar tagihan kartu kredit melalui Tokopedia sangat tidak disarankan bagi Anda yang sudah mepet dengan tanggal jatuh tempo.

Kalau sudah mepet tanggal jatuh tempo baiknya bayar langsung melalui metode transfer kalau bisa sih dari bank penerbit kartu kreditnya sendiri dan jangan sampai transfernya di hari libur bisa berabe nanti. Untuk pembayaran di bulan sebelumnya saya selalu transfer dari rekening CIMB Niaga prosesnya ngebut banget nggak sampai 2 menit limit kartu kredit sudah bertambah meskipun data pembayaran terakhir sebelum masuk.

Lumayan banget bisa dapat cash back Rp50.000 bayar tagihan kartu kredit melalui Tokopedia. Tapi kalau dikalkulasi sebenarnya nggak pas segitu deh kan saya kena biaya admin Rp9.000 bakal masuk di tagihan bulan berikutnya.

Demikian semoga bermanfaat... Kalo sobat punya pengalaman bayar kartu kredit silakan kita diskusi disini.

Note: saat ini (Juni 2019) Tokopedia memperbarui kebijakan layanan pembayaran tagihan kartu kredit, sehingga tidak promo untuk semua kartu kredit, hikhik... Sedih... Semoga kebijakan ini dipertimbangkan kembali, karena saya adalah salah satu pelanggan setia Tokopedia.

Ingat kalau ada yang dirasa kurang paham jangan malu-malu tanya ke customer service Tokopedia.

Kacamata Gratis

Dear friends,

Duh... Duh... Lagi-lagi gratis... Cuit-cuit... Klo denger yang gratis-gratis rasanya adem kayak di ruangan AC aja deh, hahaha... (Ups, tutup mulut)

Ceritanya masih lanjut nih dengan asuransi. Duh tiba-tiba pening nih pala (haha... Asuransi No way)

Setelah terakhir konsul ke THT, saya sebutkan saya belakangan suka pusing di antara kedua alis, dan mata seakan berbayang untuk melihat benda-benda sekitar terutama yang jauh. Saya sampaikan saya mo periksa mata untuk pekan ke depan. Ok. Konsul selesai. Saya pamit.

Berikutnya pekan depannya (08-06-2019) saya konsul ke dokter mata saya pencet pendaftaran dr.Nuryani,Sp.M dapat antrian 18 jam menunjukkan 08.24.

Jam 10.15 kemudian nama saya dipanggil di depan kursi antrian klinik mata. Dokter cantik ini energik banget, saya suka style nya. Simpel.
Dengan ramah dokter menyapa ku. Segera ku ceritakan keluhan ku. Ok. Tanpa berlama-lama ia mempersilakan ku duduk di mesin yang seperti teropong kapal laut, daguku harus tertopang di alat itu. Dan aku harus melotot, ia memberiku aba-aba. Dilanjutkan tes baca seperti layaknya anak SD. Hahaha... Aku tidak lulus, kata putriku yang turut mendampingi ku di dalam klinik.

Finally minus 3 masing-masing mata kiri dan kanan. Ok. Aku terima dengan lapang dada.



Kamipun diberi kertas rujukan ke optik yang bekerja sama dengan BPJS, ada pertanggungan senilai 300 ribu untuk biaya penggantian kacamata berikut lensanya. Diatas nilai pertanggungan menjadi kewajiban peserta BPJS. Ok. Let's go to optic.




Sampailah kami di Optik Orbit. Setelah pilih frame-frame yang ada, saya menjatuhkan pilihan kacamata hitam semi kotak imut. Kebetulan harganya pas banget dengan nilai pertanggungan. So saya ga perlu bayar lebih alias it's really free.






Thanks to BPJS, RS. Mitra Plumbon, dr.Nuryani.Sp.M, dan tim medis Mitra Plumbon yang telah banyak membantu saya selama dàlam perawatan.




Pobia Jarum dan Terbiasa Hidup Sehat



Dear sahabatku,
Ini lebih tepatnya pengen curhat sebenernya.

Hari ini, Kamis 13 Juni 2019 jam 06.45 kami berangkat dari rumah mengantar mamoh (bapak) ke Rumah Sakit Mitra Plumbon (selanjutnya disingkat RSMP). Saya, Bude Evi dan Mamoh diantar pak de Ono dengan Brio keemasan yang khas dengan debu halusnya (ups, màaf Pak de).

Nyampe RSMP ternyata antrian dokter mata penuh. Ada lagi sore jam 16. Akupun ke informasi. Pagi ini sudah 300 pasien, jam 16 buka antrian untuk 25 pasien.
Whaaat? Aku cuma bisa geleng-geleng kepala.

Putar haluan, kami hubungi Klinik Braja Medika untuk minta ganti rujukan. Balik lagi kita ke Faskes1 (Klinik Braja Medika). Dapatlah RS Ciremai, segera ku kontak bude dr.Hj.Tetri Yuniwati,Sp.M alhamdulilah kami ditunggu. Kami tiba di RS Ciremai jam 09.55.

Kami menemukan pandangan yang tidak biasa. Dan buat saya ini spirit luar biasa. Sebuah flyer yang mengingatkan sholat walaupun dalam kondisi sakit. Masya Allah. Adem bacanya.

Ok... Singkat cerita, pasien dipanggil dokter Saya temani Mamoh masuk poli. Langsung pemeriksaan mata sampai selesai. Kemudian kamipun duduk di kursi pasien yang berhadapan langsung dengan dokter. Bu dokter ingin ngobrol langsung dengan pasien. Mamoh terlihat tegang. "Bapak saat ini menderita katarak, dan pengobatan satu-satunya adalah dengan operasi kecil, kapan kira-kira bapak siap?" Mamoh hanya terdiam. Ternyata dokter telah memeriksa pupil mata pasien menyempit dan itu bahasa biologis bahwa pasien dalam kondisi tidak siap (tegang) dan hal ini akan sangat mempengaruhi proses operasi.

Jujur kami sangat ingin operasi dilaksanakan segera. Namun keraguan mamoh menggugurkan benteng pertahanan kami. Surat warna kuning untuk kontrol ulang itu dipegang Mamoh sambil ditatapnya berulang-ulang.



Pak de Ono pun menumpahkan rasa penasaran, apa yang Mamoh tatap dari surat kuning itu? Dan meminta Mamoh membaca surat itu. Ternyata Mamoh menggeleng. Sewaktu di kamar polipun nyaris tidak satupun huruf yang disajikan bisa dibaca Mamoh. Saya menarik nafas dalam-dalam. Sungguh kami berharap Mamoh bisa lekas sembuh.
Tapi kami tidak bisa memaksakan kehendak yang malah bisa menjadi tidak maslahat.



Kami masih diberi kesempatan oleh dokter bila Mamoh berubah pikiran. Jadi kami mengajak Mamoh berdiskusi dan menenangkan kegundahan yang Mamoh rasakan.

Setelah saling bercanda satu sama lain (Yaa Allah, momen yang jarang banget, kakak beradik bisa bercanda lepas tanpa beban mengenang masa lalu kami yang penuh canda tawa bermain bersama, setelah masing-masing kami disibukan dengan urusan rumah tangga masing-masing).

Ternyata kami memang punya gen takut jarum.... (Gen pobia Jarum bisa diwariskan ke anak keturunan nya itu mitos atau fakta ya? Apa bisa dibuktikan dengan ilmiah bila takut jarum itu bisa menurun ke generasi berikutnya). Kami pun tertawa terbahak-bahak.

Bude Evi ngeledek, pak de Ono pun dulu pernah jatuh yang menyebabkan lututnya lecet ringan, tapi ketika akan ditetesi obat merah aja, tangisnya meraung minta ampun (padahal cuma sakit ringan). Kami saling menatap dan tertawa lepas ingat kejadian itu. Hahaha.... Puas rasanya bisa meledek kakakku yang satu ini.

Saya pun bercerita dulu pernah diajak Mimih nganter Mamoh periksa ke mantri desa, sampe disana Mamoh langsung sembuh, hahaha.... (Saya tertawa terbahak-bahak tak tertahan)... Ternyata setelah mantri menyiapkan jarum suntik mamoh langsung lari terburu-buru dan bilang "saya  sudah sehat pak, saya mo pulang". Eh anak istrinya malah ditinggal.... Hahaha... (Sayapun kembali tidak bisa menahan tawa teringat masa-masa itu).

Dan saya sendiri... Iya saya... Saya juga sama...... Ternyata Hahaha.... Tawa kami bertiga bersautan lepas tanpa beban mencuri perhatian publik yang masih mengantri didepan polinya masing-masing.

Setelah puas bercengkrama, akhirnya kami tetap tidak bisa memaksakan kehendak. Karena ketika kami diposisi yang sama pun, mungkin tidak jauh berbeda. (???)

Kegelisahan Mamoh adalah kegelisahan kami juga. Rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, rasa yang mungkin hanya bisa dimengerti oleh segelintir orang. Dan entahlah apakah dokter dan tim medis bisa merasakan kegundahan kami. Kegundahan ketika jarum itu menusuk tubuh kami tanpa rasa iba, ketika gunting itu merobek sampai terdengar suara "kress" renyah serenyah krupuk, menyayat kulit, dan kegundahan ketika darah segar mengalir keluar dari tubuh pasiennya. Duh... Ngegeliyer kepala ini ngebayangin itu semua...

Ketika berhadapan dengan tim medis, berhadapan dengan jarum tajam, berhadapan dengan darah segar, berhadapan dengan pisau bedah, ruang operasi yang seram..... Blablabla... Hayalan kami kembali menguap, ditiup angin.

Dan saya percaya masih ada seribu jalan kesembuhan ketika seorang hamba Allah berikhtiar... Kami percaya Allah akan memberikan jalan kesembuhan...

Bismillahirrahmanirrahim...
Kami kembali ke rumah, mengantar Mamoh pulang.

NB: Ternyata pobia Jarum mengantar kami sekeluarga selalu menjaga kesehatan.
Allah tidak menciptakan segala sesuatu tanpa ada manfaatnya.

Hari ini kami mensyukuri nikmat mu, dan memohon ampunan-Mu, Yaa Robb.

Kami telah melalaikan nikmat sehat yang baru saja pergi, segeralah kau kembali, oh sehat, denganmu hidup terasa nikmat.



Asuransi Kesehatan No Way

Bahasan tentang asuransi sebenernya bukan hal yang enak didengar. Semenjak dibangku kuliah dulu klo denger bau-bau asuransi dah bikin mual dan pusing, lebih baik tumpuk buku dimeja dan lipat kedua tangan diatasnya, rebahkan kepala diatasnya jangan lupa cari posisi di pojok kelas. Mantap. Ih, serem banget ya dengernya, hahaha... Padahal yang kami pelajari adalah manajemen asuransi dan akuntansi asuransi. Ga demen aja, namanya disebut.... Iih....

Sejak kecil keluarga ku tidak pernah diajarkan untuk berperan serta dengan asuransi kesehatan. Bagi kami saat itu menjaga kesehatan adalah penting. Dimana kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan dari kebersihan lahirlah badan yang sehat. Its enough. Sisa uang gunakan sebaik-baiknya untuk investasi. Yes, investasi... I like it. Aku gemar banget nabung di celengan, dan bila jumlahnya cukup, aku investasikan ke perhiasan emas. Ya, yang tergambar saat itu emas adalah investasi. Padahal ga hobi juga majang-majang emas baik itu cincin, gelang, anting dan kalung. Alhasil cuma disimpan aja di kotak perhiasan, untuk dilihat sewaktu-waktu sekedar obat semangat mengingatkan perjuangku untuk meraih semuanya.

Tahun 2003 waktu kuliah tingkat 3, kala itu biiznillah saya terkapar karena DBD + gejala tipes di RS.DR.OEN Surakarta (RS.dr.Oen Kandang Sapi Surakarta, nostalgia 16 tahun silam)

Wow... Ketika jauh dari keluarga, ekonomi masih kembang kempis (baca: mahasiswa) dan harus menghadapi hal seperti ini adalah perjuangan yang luar biasa. Malam-malam teman-teman Kost Wisma Herdita mengantarkan ke rumah sakit, dibelakang ku mereka rembukan tentang biaya uang muka rumah sakit, biaya pesan taxi. Mereka patungan, dan sama sekali tidak berdiskusi dihadapan ku. They are my hero's. 

Satu hal yang membuatku terkesan adalah rumah sakit ini sama sekali tidak meminta uang jaminan seperti yang teman-teman ku duga. Saat itu hanya meninggalkan KTP dan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) pasien. Dan pelayanan mereka benar-benar paripurna. Aku bener-bener homy. Perawat yang santun, dokter yang baik hati, dan teman-teman yang supportif membuatku betah disini. Oh, no.... Aku harus cepat sembuh, inget darimana aku harus bayar semua tagihan rawat inap ini.  Bismillahirrahmanirrahim.. Aku harus cepat sembuh, tekad ku saat itu.

Akhirnya aku beranikan diri menghubungi ibuku, mengabarkan hal ini (tepatnya biaya rawat inap, ga tega banget sebenernya).
Yaa Allah, kenapa aku terus merepotkan orang tua disisa-sisa usia mereka. Tak terasa mutiara bening mengalir saat ku pejamkan mata. Pedih klo inget ini.

Akhirnya ibuku datang dari Cirebon dengan kereta. Menyelesaikan administrasi  dan menjemput ku pulang. Kelelahan tidak bisa ditutupi, namun ia tampak selalu tersenyum dihadapan ku. Wanita yang sempurna. Akupun membalas senyuman nya, meskipun terasa perih.

Waktu berlalu, lulus tahun 2004 aku coba peruntungan di PNS Pemkab Cirebon. Alhamdulillah diterima. Aktif tahun 2005, sebagai PNS, sejak itu otomatis mau tidak mau sebagian dari gaji dipotong premi asuransi kesehatan (ASKES). Klo boleh milih ga minat sebenernya. Hahaha... Ups... Astaghfirullahal 'adhim...
(Yaa Allah ampuni hamba yang dulu sombong ini)

Ya iyalah... Dapat cerita horor dari senior-senior yang punya kartu Askes ga pernah pake juga tu kartu. Trus buat apa coba, mubazir banget kan? Dosa... Perbuatan mubazir itu berlangsung bertahun-tahun. Belajar ikhlas ngebuang uang yang bagiku setiap rupiahnya begitu berharga (duh anak ekonomi gitu lho, rumus utama adalah dengan pengorbanan sedikit mendapatkan hasil yang maksimal, lha klo terus menerus berkorban mending kurban kambing tuk hari raya lebaran hàji. Hati ini sesak kala itu).

Aku coba berpikir positif, iuran yang ga seberapa itu aku coba ikhlaskan, berharap bisa bermanfaat bagi mereka yang lebih membutuhkan pelayanan kesehatan secara murah bahkan gratis untuk mereka yang tidak mampu.

Hikmahnya, Alhamdulillah hati ini lega, (udah ga pernah lagi ngitung-ngitung berapa total premi Askes yang sudah saya bayar selama beberapa tahun, sampai segitunya lho saya, hahaha....).
Yaa Allah berkahilah kami dengan nikmat sehat, nikmat iman dan nikmat Islam. Aamiin.

2008... Saya melahirkan anak pertama, di RSIA Muhamadiyah ditangani oleh dr.Dadang,Sp.OG. Sekedar info total biaya keluar sekitar 1.100.000. Rumah Sakit ini tidak menerima ASKES (sudah kuduga dan tidak merasa aneh). Kami bayar cash. Sempat terpikir untuk membuat surat terbuka, sebenarnya fungsi kartu kuning ini apa sih? Rekan-rekan PNS aja (yang dekat dengan saya) ogah pake kartu sakti ini (sakti apanya???) milih ga sakit daripada pake ini kartu (ya iya lah, sapa yang mo sakit???), atau bila pun kepepet mending bayar cash dibanding ribetnya administrasi ASKES yang tidak setara dengan ekspektasi.
Pikiran ku masih remang-remang kalo dapat cerita ini. Aku masih berharap pemerintah dimasa depan bisa memperbaiki mekanisme ini sehingga premi asuransi kesehatan yang terpotong otomatis dari gaji kami para PNS bisa maslahat bagi kami.

Setelah persalinan itu kami dapat informasi, biaya persalinan normal bisa diklaim Askes untuk dapat uang ganti pertanggungan sebesar 350.000 untuk persalinan normal, 600 ribu untuk operasi Cesar. Ok, rejeki diterima 350 ribu lumayan buat beli popok. Alhamdulillah... Ternyata berguna juga kartu kuning ini (dulu kartu Askes warnanya kuning).

2011 lahiran anak kedua, persalinan normal. Alhamdulillah... Pas juga ada program pemerintah Jampersal. Jaminan persalinan. Dengan menunjukkan Kartu kuning dapat free, bermanfaat ternyata, hihihi...

2019... Februari akhir, ga tau kenapa flu pilek dah seminggu lebih belum juga reda. Secara biasanya kena flu pilek 3-7 hari pasti sembuh sendiri. Akhirnya kutunggu seminggu lagi, optimis sembuh dengan banyak makan buah-buahan, sayuran dan berjemur di pagi hari. Anehnya tiap kali berjemur gejalanya mereda, namun setelah nya kembali mengganjal di tenggorokan.

Karena punya sodara (alumni FK-UNS yang senior yang sudah seperti bude sendiri, kucoba minta advice). Done. Dapat resep amox 3x1, dexa 0,75 mg 3x1, bisolvon 3x1, vit C 500 mg 1x1. Jangan makan es, jangan makan gorengan, banyak makan sayur dan buah, berjemur pagi. Ok.

Alhamdulillah reda...
Tapi begitu obat abis, mulai lagi gejala menyerang. Bude menganjurkan ke puskesmas minta rujukan ke THT. Ok. Manut aku.

Datanglah aku ke Puskesmas (ini pertama kali datang ke Puskesmas, bukan untuk kegiatan kedinasan) minta rujukan ke dokter THT di fasilitas kesehatan lanjutan.



Disinilah pengalaman berharga itu dimulai. Yaa, aku bener-bener ngerasain manfaatnya asuransi kesehatan. Aku pilih RS.Mitra Plumbon karena searah dan terdekat dari rumah ke kantor.

Ditangani dr.Kenny,Sp.THT-KL (Singkatan apa pula itu ya??). Meskipun mahal senyum, dokter ini tipe human yang serius pada pekerjaan. Dia lebih sibuk dengan kertas dan hasil medis. Jarang banget menampilkan senyum pada pasiennya. Seakan menyampaikan bahwa tiada waktu untuk memandang pasien. Hadeh, ada ya dokter kayak gini. Pasien bener-bener diperlakukan seperti patung tak bernyawa. #eeh... Maaf pak itu kesan pertama saya. Tapi saya bisa merasakan bahwa hatimu tulus, memberikan pengobatan medis terbaik untuk pasien. Bahkan pernah, aku datang pas kartu kontrol nya besok Senin, sementara hari itu Sabtu dan keluhan nyeri telinga mendesakku kesini. Melalui  suster ia menerimaku. Sungguh diluar dugaanku. "Klo Ibu menunggu Senin, mungkin ibu ga bisa tidur karena kepikiran rasa sakitnya. Biar saya periksa, mudah-mudahan tidak ada apa-apa." Masya Allah. Maafkan saya yang sudah berburuk sangka ya pak. Meskipun tanpa diiringi senyum, tapi kalimat itu terdengar tulus ditelingaku. Dan kalimat selanjutnya membuatku adem "Ibu baik-baik saja ibu senyum sekali lagi ya". Eh si dokter. Makasih dok.





Kepada dokter THT kututurkan keluhan ku, setiap kali nelen rasa nyeri di tenggorokan, dan nendang ke telinga. Wow... Nendangnya itu lho bikin ga tahan... Meleleh air mata ini klo pas nelen...
Bukannya menikmati makanan malah merintih.... Nikmat bener rasa sakit ini, semoga jadi penggugur dosa-dosa hamba... Alhamdulillah ternyata diberi sakit itu membuat kita sadar bahwa nikmat sehat itu sangat berharga.

Kunjungan 1, 2, 3..... ga kerasa sampe kunjungan 6 akhirnya berlalu.

Selanjutnya dirujuk ke spesialis penyakit dalam dengan diagnosa LPR (apaan ya???).
Ditangani dr.Bungsu,Sp.PD. Sekarang sudah kunjungan ke-2 ( Juni 2019).

Anyway, dari dongeng ga penting ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk peningkatan pelayanan BPJS yang sudah banyak kemajuan. Sehingga bisa maslahat bagi masyarakat dan juga ASN (PNS). Kami tidak lagi ragu memperlihatkan kartu hijau (sekarang Askes menjadi BPJS kartunya warna hijau) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.  Semoga kartu ini tidak sering-sering kami pakai, maksudnya kami para PNS senantiasa sehat, sehingga premi kami bisa maslahat untuk masyarakat yang lebih membutuhkan.

Terimakasih bude dr.Cut Intan, bidan Yuli puskesmas Plumbon, dr.Kenny,Sp.THT-KL, dr.Bungsu,Sp.PD, dr.Yuki Mulyani,Sp.Rad, dr.Maryadi,Sp.Rad, dan tim medis di  RS.Mitra Plumbon yang maaf tidak saya sebutkan satu-persatu (belum sempat berkenalan).

Terima kasih dr.Dadang,Sp.OG dan tim medis RSIA Muhamadiyah Cirebon.

Terima kasih kepada dokter dan tim medis RS.dr.Oen Kandang Sapi Surakarta. Serta teman-teman senasib dan seperjuangan, semoga Allah pertemukan kita di jannah-Nya. Aamiin.

Note yang ingin saya sampaikan, bahwa kesehatan adalah investasi yang sangat berharga, ingat 5 perkara sebelum 5 perkara:
1. Sehat sebelum sakit
2. Luang sebelum sempit
3. Kaya sebelum miskin
4. Muda sebelum tua
5. Hidup sebelum mati

Jadikan hidupmu bekal akhiratmu.
Sisihkan rizkimu untuk asuransi kesehatan, sebagai ikhtiar kita memelihara kesehatan yang telah Allah anugerah kepada kita.
Sesungguhnya muslim yang kuat lebih dicintai Allah dibanding yang lemah.


اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.
Wallahu'alam bishawab.

Note:
Ini adalah opini pribadi saya, boleh jadi anda berbeda pendapat dengan saya.
Apabila anda ingin berkomentar, mohon disampaikan dengan santun.
Terima kasih telah mendengarkan eh salah membaca tulisan saya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh



Baca juga: