Sudah 6 bulan (sejak awal Maret 2019) saya mengeluh sakit di perut kiri bawah dekat dengan pangkal paha, nyeri yang kerasa seperti ada yang bengkak dan sensasi mengganjal ketika jongkok. Disertai gejala hipotermal (tidak kuat dingin)
Saya ragu mo periksa, ini sakit apa dan harus menemui dokter spesialis apa. Dokter tulangkah, dokter saraf atau dokter kandungan?
Akhirnya berjalan saja tanpa konsultasi. Namun karena keinginan kami untuk hamil anak ketiga, barulah saya mengajak suami periksa ke dokter kandungan, pada Juli 2019, sambil kuceritakan keluhanku.
Setelah USG, Dokter Sp.OG ini mendiagnosa saya terkena PID (Pelvic Inflammation Deasease). Kami diberi resep obat pereda rasa sakit yaitu Sodium Diclofenac 1x1, dan dianjurkan jangan dulu hubungan intim, sampai dengan gejala mereda. Yaa Allah, suami saya protes, tapi ga berani langsung di depan dokter. Saya masih ga paham definisi penyakit yang satu ini. Saya dan suami langsung searching google.
Dua pekan kemudian, merasa tidak ada perubahan, saya mengajak suami ke SpOG lain untuk mencari seken opinion.
Setelah digeser – geser kiri ke kanan, kanan ke kiri. Dokternya manggut –manggut dan bilang “ini nih, yang buat sakit”. Terlihatlah bulatan di monitor USG, katanya kista endometriosis. Dokter cantik ini menjelaskan. Kista saya tidak di rahim, tapi di sel telur. Kista tersebut menyerang sel telur sebelah kiri. Itulah kenapa ada benjolan di rahim kiri yang menurut prediksi dokter sekitar 3,5 cm.
Dokter menawarkan 2 (dua) opsi: minum vissane 1x1 selama 6 (enam) bulan dan akan ditinjau lagi perkembangannya. Atau langsung tindakan operasi pengangkatan kista coklatnya. Masya Allah. Akhirnya saya ambil opsi pertama. Saat itu obat sedang kosong, resep boleh ditebus diluar.
Saya dan suami masih ga paham kenapa dua SpOG ini beda diagnosa. Akhirnya kami sholat istikharah, dan pasrah.
Ditengah keraguan itu, satu ingin mencari dukungan dengan SpOG ketiga. Untuk menguatkan diagnosa.
Sampailah kami di SpOG ketiga. Setelah USG, Dokter Sp.OG ini saya menceritakan kejadian saya dengan diagnosis PID dan Kista Coklat. Rupanya dokter ini punya diagnosa tersendiri tapi tidak mengutarakan apa, tidak membenarkan maupun menyangkal dua diagnosa sebelumnya. Saya diberi resep Diclofenac Sodium 1x1 dan Become C 1x1 ketorolac 1x1.
Dokter yang satu ini terkesan pelit informasi, kami ga nyaman untuk konsultasi dan kami juga tidak diberitahu mengenai diagnosanya. Kami diberi pesan bila obat habis boleh diperpanjang. Padahal saya sangat hormat pada dokter senior ini, beliau sangat sabar saat menangani persalinan putri sulung kami, dan bersedia menunggu saya agar bisa bersalin normal. Ah, sudahlah itu kejadian 12 tahun yang lalu.
Belum merasa puas, dua pekan kemudian saya mengajak suami ke SpOG keempat, berharap bisa menguatkan diagnosa dan minta penanganan yang tepat.
Sampailah kami ke SpOG keempat. Kami ceritakan keluhan saya dan hasil USG sebelumnya dengan diagnosa nya. Ga disangka, setelah di USG, dokter ini punya diagnosa tersendiri yaitu adnexity tube ovarian abses (TOA). Yaa Allah, ini penyakit jenis apa lagi. Dokter meyakinkan bahwa hasil USG menyangkal PID dan Kista Coklat. Sebenarnya saya lemes mendengarnya. Kami bingung dengan informasi yang kami terima. Lalu kami minta referensi agar bisa dibuatkan surat untuk pemeriksaan ke radiologi, agar bisa menguatkan diagnosa-diagnosa yang sudah ada. Dokter yang baik dan ramah serta komunikatif ini menyambut baik. Kami juga diberi resep: Become C 1x1
Saya kemudian USG ke radiologi. Suster menganjurkan saya minum air putih yang banyak agar hasil USG lebih terlihat jelas. Minum terus sampai terasa kebelet pipis.
Setelah menunggu, hasil menunjukkan bahwa saya negatif PID, Kista Coklat maupun TOA. Alhamdulillah wa syukurillah. Yaa Robb, tunjukilah kami penyakit yang sebenarnya, dan hamba memohon kesembuhan, sembuh yang tiada tertinggal rasa sakit. Aamiin.
Keluhan-keluhan yang saya alami sejak awal Maret 2019:
- kram perut dan nyeri saat haid.
- nyeri saat berhubungan seks dan pendarahan hebat saat haid. Kelelahan parah, mual dan diare
atau sembelit
- nyeri perut bawah pertemuan dengan pangkal paha
- keputihan berwarna kekuningan dan kehijauan (15 Juni 2019 saya putusan cabut IUD, keputihan ini hilang dengan sendirinya)
- siklus menstruasi tidak teratur
- darah mens hanya spoting kecoklatan
- nyeri di bantalan panggul kiri dan LBP
-
sering buang air kecil dan nyeri pada kandung terasa penuh. Selain itu, ada sensasi terbakat dan sakit saat buang air kecil. Ini bisa diikuti dengan kencing darah, sakit pinggul dan sakit pinggang belakang.- gejala hipotermal (tidak kuat suhu dingin)
Resep obat dari SpOG yang kedua akhirnya berhasil kami temukan, dan mulai saya konsumsi: vissane 1x1.
Visanne dienogest 2 mg produknya bayer harganya 350rb isi 14 tablet, saya minum 2 strip jadi sekitar 700rb untuk 28 hari.
Kesan pertama saya, Masya Allah, dibagian yang saya keluhkan terasa nyeri, panas dan sensasi sakit tertusuk –tusuk jarum. Nikmat banget alhamdulilah. Apa ini efek vissane, entahlah. Sekitar 2 pekan pertama inilah yang saya rasakan.
update :
Bulan puasa 2021 bulan April, saya posisi sakit di titik terbawah. Rasa sakit yang berusaha saya tahan, namun akhirnya saya tidak kuasa. Menahan sakit sampai pingsan tiba-tiba. Akhirnya masuk IGD dan ditangani secara intensif. Setelah melewati berbagai pemeriksaan intensif diketahui bahwa saya hamil diluar kandungan dan kista endometriosis di lokasi yang berdekatan. Saat posisi saya masih pingsan karena menahan sakit dan diberi obat tidur. Suami menyetujui pengangkatan janin sekaligus kistanya.
Alhamdulillah. Setelah masa pemulihan nyeri dan keluhan sudah tidak dirasakan lagi.