Alhamdulillah aku telah melalui masa indah pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pada putriku Zahra. Kini ia menginjak 22 bulan, mendekati masa penyapihan. Sejak usia 12 bulan aku mencoba mengenalkan susu tambahan padanya. Ada saja gejala penolakan dari metabolisme tubuhnya. Pada pengenalan susu tambahan perdana putriku muntah pada 1 jam pertama setelah kusuapi susu tambahan. Semula kukira perlengkapan makan dan minumnya yang kurang steril, akhirnya kubenahi pada 3 bulan berikutnya. Aku juga mengganti merk susu dengan merk susu yang cocok dengan keponakanku yang seusia dengannya. Kejadian muntah yang disertai demampun terulang lagi. 3 bulan berikutnya aku kembali melakukan pengenalan susu tambahan, kuganti dengan merk yang lebih mahal. Lagi-lagi terulang kembali. Akhirnya bersama suami, kami konsul ke bidan dan dokter pada waktu yang berbeda. Mereka menyebutkan bahwa putriku mengalami INTOLERANSI LAKTOSA, yaitu kondisi seseorang yang tidak mampu mencerna laktosa (gula dalam susu). Ketidakmampuan ini karena kurangnya tubuh memproduksi LAKTASE ( yaitu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang mudah diserap tubuh. Gejala intoleransi laktosa dapat membaik secara alami seiring waktu tubuh mulai belajar memproduksi laktase sedikit demi sedikit sehingga keluhan berangsur-angsur hilang. Suamikupun (27 tahun) mengalami hal yang sama sejak kecil, dan baru belakangan ini gejala tersebut membaik sendiri.
Dokter menyarankan untuk tetap meneruskan ASI s.d 2 tahun sambil sedikit demi sedikit dikenalkan susu nabati. Akhirnya aku kenalkan susu soya (kedele). Alhamdulillah ia tidak muntah disertai demam lagi tiap kali kusuapi susu.