Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Seperti apa sakit yang “nikmat” itu ?? Aku ingat. Masa sakit yang kualami saat aku berseragam putih-abuabu dulu. Hampir 1 bulan aku tidak masuk kelas. Keluar masuk rumah sakit, berganti-ganti dokter dan rumah sakit. Masing-masing, belum menemukan sakitku. Sampai suatu hari di bawa ke IGD RSP Sidawangi, dan disanalah Allah memberikan jalan kesembuhan.
***
Saya percaya saat sakit menghampiri kita, saat itulah Allah merindukan keluh kesah kita, merindukan tetesan mutiara bening yang lama kita tahan. Air wudu yang terasa begitu terasa dingin menusuk tulang, ku nikmati dengan lirih, tak terasa bulir mutiara ku mengintip tertahan di pelupuk. Yaa Allah, kucoba jalani kerinduan ini dengan ikhlas. Sungguh nikmat sekali dan kerinduan itu tumpah dalam telaga air mata. Mengalir begitu saja. Meruntuhkan semua ego dan menghentikan kesombongan hamba.
***
Pasrah dengan kerinduan, ikhlas dengan qodo dan qodarmu. Ketika waktu itu hampir tiba, ibu mendekap ku erat, dan bapak berlari meminta pertolongan. Saat itu terlihat kilau kereta kencana datang mendekat, dan seorang mahluk berjubah putih itu menjulurkan tangannya.
Kuceritakan pada ibu bapakku, ada yang menjemputmu dengan kereta kencana. Kulihat ibuku berlinang air mata, mendekap ku lebih erat. Sekujur tubuh ku lemas dan menggigil luar biasa. Rasa dingin itu mengalir terus keatas menuju tenggorokan membuat sesak nafasku. Aku berusaha ikhlas. Mungkin sudah waktunya aku kembali pada-Nya. Ibuku lirih, mohon beri kesempatan umur untuk putrinya. Bapakku berlari membagikan sedekah pada anak yatim dan piatu yang sengaja diundang. Kepada anak-anak yatim dan piatu tersebut dengan berlinang air mata bapak minta didoakan sembuhkan putrinya.
Seketika mahluk berjubah putih melepaskan tanganku dan berbisik, "belum waktunya saya menjemputmu" dia pergi bersama kereta putih berkilau.
Kuceritakan pada ibuku, kereta kencana itu pergi dan berpesan, belum waktunya menjemput ku. Seketika rasa hangat mulai mengalir ditubuh yang semula menggigil.
Jazakallah khoir ibu dan bapakku yang tulus menerima ku. Tiada yang bisa saya berikan sebanding dengan membalas kebaikan kalian. Selain doa.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Seperti apa sakit yang “nikmat” itu ?? Aku ingat. Masa sakit yang kualami saat aku berseragam putih-abuabu dulu. Hampir 1 bulan aku tidak masuk kelas. Keluar masuk rumah sakit, berganti-ganti dokter dan rumah sakit. Masing-masing, belum menemukan sakitku. Sampai suatu hari di bawa ke IGD RSP Sidawangi, dan disanalah Allah memberikan jalan kesembuhan.
***
Saya percaya saat sakit menghampiri kita, saat itulah Allah merindukan keluh kesah kita, merindukan tetesan mutiara bening yang lama kita tahan. Air wudu yang terasa begitu terasa dingin menusuk tulang, ku nikmati dengan lirih, tak terasa bulir mutiara ku mengintip tertahan di pelupuk. Yaa Allah, kucoba jalani kerinduan ini dengan ikhlas. Sungguh nikmat sekali dan kerinduan itu tumpah dalam telaga air mata. Mengalir begitu saja. Meruntuhkan semua ego dan menghentikan kesombongan hamba.
***
Pasrah dengan kerinduan, ikhlas dengan qodo dan qodarmu. Ketika waktu itu hampir tiba, ibu mendekap ku erat, dan bapak berlari meminta pertolongan. Saat itu terlihat kilau kereta kencana datang mendekat, dan seorang mahluk berjubah putih itu menjulurkan tangannya.
Kuceritakan pada ibu bapakku, ada yang menjemputmu dengan kereta kencana. Kulihat ibuku berlinang air mata, mendekap ku lebih erat. Sekujur tubuh ku lemas dan menggigil luar biasa. Rasa dingin itu mengalir terus keatas menuju tenggorokan membuat sesak nafasku. Aku berusaha ikhlas. Mungkin sudah waktunya aku kembali pada-Nya. Ibuku lirih, mohon beri kesempatan umur untuk putrinya. Bapakku berlari membagikan sedekah pada anak yatim dan piatu yang sengaja diundang. Kepada anak-anak yatim dan piatu tersebut dengan berlinang air mata bapak minta didoakan sembuhkan putrinya.
Seketika mahluk berjubah putih melepaskan tanganku dan berbisik, "belum waktunya saya menjemputmu" dia pergi bersama kereta putih berkilau.
Kuceritakan pada ibuku, kereta kencana itu pergi dan berpesan, belum waktunya menjemput ku. Seketika rasa hangat mulai mengalir ditubuh yang semula menggigil.
Jazakallah khoir ibu dan bapakku yang tulus menerima ku. Tiada yang bisa saya berikan sebanding dengan membalas kebaikan kalian. Selain doa.
Yaa Allah ampunilah dosa kami dan dosa kedua orang tua kami. Masih terbayang air ibu yang mengalir dalam rintihan dan doanya di sepertiga malam terakhir, mendoakan kebahagiaan kami anak-anaknya. Sayangilah kedua orang tua kami, sebagai mana mereka menyayangi kami diwaktu kecil.
Yaa Allah muliakanlah mereka, tiada kami bisa membalas tangis ibu dan keringat bapak.
Hikmah dari sakit yang kita derita:
Mensyukuri segala kenikmatan yang Allah karuniakan, dan memahami rapuh dan lemahnya kita dihadapan Allah azza wa Jalla.
Mendekatkan diri kita kepada Allah Pencipta Alam semesta, setiap detik rasa sakit membuat kita ingat akan kematian. Dan tanpa terasa mengalir bulir dari pelupuk mata mengiringi kalimat-kalimat thoyyibah, istighfar.
Ibadah malam terasa nikmat lebih dari biasanya. Saat kita hanya berdua seakan memendam kerinduan yang lama, disibukan duniawi yang tiada habisnya. Bulir-bulir mutiara berlinang menjadi saksi indahnya kalimat taubat itu lirih dari bibir tipis tak bergincu. Disela-sela sujud yang damai.
Setiap sakit terasa mengalir sebagai pelebur dosa diiringi istighfar dan kalimat thoyyibah, kala wudu terasa sekali dosa-dosa ini luntur mengalir bersama sisa wudu. Dan yang maha dahsyat ketika sholat. Sambil meresapi arti setiap gerakan sholat, tanpa terasa mengalir air mata seakan-kita akan berbicara langsung dengan Robb pencipta alam semesta. Rendah, hina sungguh kita dihadapan-Nya. Sampai dengan ketika sujud, harta kita tiada harganya, jabatan kita tiada ada artinya. Mengakui keagungan illahi Rabbi. Mengalir lagi bulir air mata, rasanya tenang hamba kembali pada-Mu Yaa Robb dalam keadaaan sujud seperti ini. Yaa Robbi jika tiba waktunya hamba harus kembali pada-Mu panggillah hamba-Mu ini dalam Husnul khatimah. Ambillah hamba dalam sujud hamba pada-Mu Robb.
Dan yang terakhir ini bonus, tambahkan sodara, menjalin silaturahmi dengan orang-orang baru: para dokter, suster, sesama pasien. Indahnya hidup ini, bila kita bersama orang-orang yang saling mendoakan dan mendukung kita.
Semoga tulisan ini dapat menghibur hati teman-teman yang sedang sakit, terima kasih telah mengunjungi blog saya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar