Pengalaman Pertama dengan MRI

MRI apa itu MRI? Sebulan sebelumnya dokter saraf yang menangani ku menyarankan ku agar pemerisaan medis dengan MRI. Rasa kaget tentu tidak bisa kusembunyikan. Kenapa saya dianjurkan MRI dok? Untuk mengetahui lebih detail keluhan yang ibu rasakan. Ada benarnya juga, tapi aku minta waktu dengan obat oral terlebih dahulu. Sebulan berlalu, keluhanku belum teratasi akhirnya aku mengiyakan sesuai anjuran dokter pemeriksaan medis dengan MRI.

MRI itu semacam scanning ala ronsen yang lebih mendetail untuk mengetahui apa yang terjadi dengan bagian-bagian tubuh kita.

MRI adalah salah satu modalitas pencitraan dari Unit Imaging Diagnostik untuk membantu menegakkan diagnosa suatu kelainan dengan menggunakan prinsip magnetik dan gelombang radio frekuensi tanpa menggunakan sinar – X atau sinar laser, sehingga tidak menimbulkan radiasi. MRI akan menghasilkan gambaran yang sangat jelas dari jaringan lunak tubuh maupun pembuluh darah, serta dapat dilakukan analisa metabolik kimiawi (spektroskopi).

Sebelum masuk ke ruangan tes MRI, aku dipersilahkan pipis terlebih dulu dan berganti pakaian yang telah disediakan. Benda-benda logam wajib dilepas misalnya jam tangan, anting, gelang, kalung, peniti, Bros termasuk BH.

Ga biasa buka baju di ruang ber-AC saya menggigil kedinginan. Lama, untung si mas petugas sigap menawarkan selimut. Dan saya menghangatkan diri sejenak.

Setelah berbaring, dikasih bantal empuk, dan diselimutin, mas petugas pesan “Mbaknya jangan bergerak sama sekali ya. Nanti pemeriksaannya sekitar satu jam”. Mba akan masuk tabung ini. Ini tombol alarm bila dibutuhkan.

JREEENG. Masuk ke dalam kapsul, saya merasa sesak nafas, dan berusaha pencet alarm. Si mas petugas datang dan mengeluarkan saya. Kenapa mba. "Saya sesak nafas" jawab saya cemas.

Si mas akhirnya mempersilahkan saya istirahat sejenak, dan meminta izin, diseling pasien berikutnya. Sayapun mengiyakan. "Iya boleh, saya izin nunggu suami ya mas, sekarang sedang meluncur kesini".

Setelah suami datang, saya dibalur minyak telon untuk menghangatkan dan diselimuti serta dipakaikan mantel hangat.

(Gambar sumber dari google)

Sebelum masuk ke kapsul itu, saya dikasih headphone untuk mengurangi suara kencang si mesin MRI.

Pembaringan itu masuk ke dalam kapsul.

Untuk pengidap claustrophobia (takut ruangan sempit), kayaknya mereka bakal panik deh. Secara mata kita cuma ngeliat atep si tabung, agak gelap, sempit, dan gak boleh gerak. Tiba-tiba di dalem tabung aku langsung inget Allah. Inget dosa-dosa. Oke kamu bisa bilang aku lebay. Tapi semuanya bisa terjadi. Gimana kalo mati lampu? Gimana klo tiba-tiba sesak nafas dan tidak tertolong. Gimana klo tes MRI itu tidak berjalan lancar dan saya stuck di dalamnya. Yaa Allah...

Didalam mesin itu suaranya berisik banget. Bunyinya seperti palu yang sedang menghantam, ditambah suara mesin penghancur mobil. Membayangkan tubuh ini dihantam malaikat kubur. Tidak berani mata ini membuka. Yaa Allah, dalam mata tertutup itu aku ga tahan membayangkan alam kubur lengkap dengan siksa kuburnya. Astaghfirullahal'adhim. Hatiku menjerit. Betapa bekalku masih amat tipis. Merintih rasanya. Hati ini teruntai istighfar, sholawat dan dzikir. Yaa Robb. Betapa hinanya hamba ini, ujian sekecil ini saja sudah membuat hamba merintih.


Tidak ada komentar: