Perjalanan Ke Barat Mencari Kitab Suci - Sebuah Filosofi Manajerial

Saya tertarik untuk menshare, kisah perjalanan Biksu dengan timnya dalam rangka mecari kitab suci, yang didalamnya bisa kita ambil hikmah tentang Filosofi Manajerial bagaimana seorang pemimpin mengelola timnya yang berbeda-beda tipe agar tetap konsisten meraih tujuan.

"Wan, orang ini dipertahankan nggak ya? Susah diatur!" 

"Dia orangnya pinter banget. Tetapi kebanyakan tingkah dan manuver."



Memimpin perusahaan ibarat memimpin perjalanan ke barat mencari kitab suci.

Perjalanan ini senantiasa panjang. Tantangan yang ditemui bervariasi, siluman yang dihadapi beraneka ragam, dan demikian pula dengan rekan kerja. Salah satu faktor terpenting yang menentukan kesuksesan adalah tim yang kita bawa.

Ada karyawan bertipe Sun Go Kong.

Ini adalah anggota tim yang pintar, berilmu tinggi, dan punya skill di atas rata-rata, sehingga terlihat menonjol di antara anggota tim. Dialah si pemecah masalah yang mampu menyelesaikan pekerjaan berbekal petunjuk minimal. Go Kong jelas adalah karakter yang mampu membawa bendera tim dalam kondisi serba-sulit.

Hanya saja, umumnya orang-orang seperti ini acapkali datang "satu paket" dengan rangkaian hal sinting lainnya. Mulai dari sulit diatur, banyak polah, dan bermanuver menyebalkan. Mereka seakan butuh panggung dan senantiasa kelebihan energi.

Hal ini sepenuhnya umum.

Ketika memperkerjakan seorang Sun Go Kong, kita harus memahami bahwa skillset mereka adalah benefit dan ada harga yang harus kita bayar untuk benefit tersebut, termasuk di antaranya "keliaran" orang ini. Karakter seperti ini perlu diberi ruangan bergerak yang bebas namun dengan batasan yang jelas, laiknya memasang gelang metal yang melingkari kepalanya.

Pada lingkungan dan parameter yang tepat, mereka adalah kunci penggerak tim di dalam menghadapi kompetitor. Mereka adalah kunci inovasi serta mampu menjadi "pembeda" yang membedakan tim kita dengan tim yang lain.

Ada karyawan bertipe Cu Pat Kai.

Ini adalah anggota tim yang mungkin motivasi pribadinya terlepas jauh melampaui motivasinya mendorong kesuksesan tim. Karakter ini street smart, terkadang punya mulut manis, dan pandai bermanuver. Repotnya, dalam keadaan "kebakaran", figur siluman babi ini akan jadi orang pertama yang menyelamatkan pantatnya.

Seorang pemimpin harus berhati-hati. Pemimpin yang terlalu narsis, akan berujung dikerubuti Pat Kai - Pat Kai di perusahaan. Mengidentifikasi para Pat Kai ini mampu membuat seorang pemimpin tetap "menginjak tanah" dan berpikir rasional.

Mereka terlihat penurut namun membawa bandwagon di belakang. Mereka terlihat bermulut manis namun sejatinya itulah keahlian mereka. Mereka terlihat malas, tapi sesungguhnya mereka akan menjadi sangat rajin ketika motivasinya pas.

Ketika memperkerjakan seorang Cu Pat Kai, yang pertama kita harus identifikasikan adalah motivasi pribadinya dan bagaimana kita membuat motivasi pribadi itu align dengan tujuan perusahaan. Apabila karakter ini mengincar uang, maka tawarkanlah skema bonus yang menarik dengan target penjualan yang tinggi, misalnya.

Keberhasilan memelihara siluman ini menjadi kunci perusahaan di dalam mencapai sasaran-sasaran jangka pendek. Karakter ini bukan sosok yang sanggup diandalkan dalam perjalanan panjang, namun bisa sangat ampuh di sasaran incremental.

Ada karyawan bertipe Sha Wu Ching, atau Sha Cheng.

Karakter ketiga ini justru kadang menjadi karakter yang paling menjebak. Sosoknya sangat loyal, rajin, penurut, dan tidak membahayakan atasan dengan manuver atau polahnya. Mereka mempunyai ketertarikan terhadap visi, motivasi, dan ambisi yang semenjana atau moderat, cukup untuk membuat mereka bertahan di perusahaan.

Kenapa menjebak? Karena dia terlihat begitu menarik untuk dijadikan anak buah.

Banyak pemimpin terlambat menyadari ini. Ketika melakukan rekrutmen, Wu Ching terkesan begitu pas untuk nyolok ke tim dan tidak mengganggu kestabilan. Namun pemimpin seperti ini akan berakhir dengan satu tim yang isinya Wu Ching semua.

Seorang pemimpin harus menyadari bahwa karakter ini adalah filler, mereka adalah mayoritas di pasar kerja. loyal dan pekerja keras. Mereka mengerjakan pekerjaan di perusahaan yang tidak mau dikerjakan orang lain, mereka teliti, dan dapat bermain sebagai anggota tim yang baik. Tetapi ingat, mereka bukan ujung tombak.

Saya pernah menemui sebuah BUMN yang diisi oleh karyawan "Yes Man".

Semuanya loyal bak Wu Ching dan semuanya kerja keras. Pantang pulang sebelum lembur. Namun perusahaan tersebut kini bagaikan kapal karam, miskin inovasi dan konservatif dengan pola-pola bisnis lamanya.


Perjalanan ke barat membutuhkan ketiganya.

Tim yang terdiri dari satu biksu dan tiga Wu Ching akan kesulitan tatkala terbentur masalah berat, mereka hanya akan duduk ngenes bersama mengamati kasus-kasus menghantam. Satu tim yang terdiri dari satu biksu dan tiga Pat Kai akan kesusahan mempertahankan keutuhan. Ketika ada masalah kompleks semua akan balik kanan menyelamatkan pantat masing-masing. 

Satu tim yang tersusun dari satu biksu dan dibantu tiga Go Kong akan terlihat seperti sirkus dan butuh energi luar biasa besar mempertahankan fokus dan keutuhan tim.

Perjalanan ke barat bukanlah hanya untuk dijalankan oleh satu karakter.

Menempatkan Go Kong, Pat Kai, dan Wu Ching di posisi yang tepat dapat menjadi penentu make or break di sebuah perusahaan. Tidak usah mengeluh kala Go Kong bertingkah atau Wu Ching tidak memecahkan masalah. Semua punya peran.

Perusahaan butuh Go Kong untuk berinovasi dan mengalahkan kompetitor.

Perusahaan butuh Pat Kai untuk bermanuver dan menutup target jangka pendek.

Perusahaan butuh Wu Ching untuk menjaga kestabilan dan tetap "fungsional".

Namun perusahaan tidak akan menjadi organisasi yang tangguh jika bermodalkan semacam tipe karakter saja. Perjalanan ke barat membutuhkan semuanya.


"Lalu siapa kalian?" 

"Tong Sam Cong."

"Yes. Exactly."

Para manajer adalah Tong Sam Cong. Mereka ada bukan untuk memecahkan kasus teknis yang rumit, bukan untuk mencari muka, atau menggarap administrasi. Tugas ultimate dari Tong Sam Cong adalah memastikan tim solid dan fokus.

Seorang direktur harus bisa melihat value ini dari para manajernya.

Sam Cong bertanggung jawab membaca mantra sewaktu Go Kong bertingkah, dan siluman monyet ini bisa fokus mendorong tim ke arah yang benar. Tong Sam Cong bertanggung jawab menjaga Pat Kai mengejar milestones dan memberinya sense of security agar tidak terus menerus mengkhawatirkan pantatnya sendiri.

Sam Cong juga bertanggung jawab menempatkan Wu Ching di posisi yang akurat, menjaga mereka supaya merasa tetap dihargai, dan mengarahkan loyalitas ke arah terencana dan menjadi motor penggerak roda perusahaan.

Di sini, Tong Sam Cong memegang posisi sentral sebagai sang nakhoda.


Lalu siapa yang harus ditiru oleh para direktur?

Sebagai seorang direktur, saya harus berperan menjadi figur yang mempercayakan perjalanan kepada Sam Cong. Di sisi lain saya punya kewajiban untuk terus bersifat terbuka, sehingga kapanpun tim ini bertemu masalah di dalam perjalanan mencari kitab suci, saya ada dan terbuka untuk dimintai kebijaksanaan.

Seorang direktur harus punya ruang pandang yang lebih lapang dibanding seluruh anggota tim dan punya sudut pandang yang lebih jauh. Karakter ini menjadi sosok pemberi panduan berupa wisdom, bukan untuk melakukan micro-management.

Kegagalan dalam menurunkan wisdom akan membuat tim tersesat. Di sinilah, sang direktur punya tanggung jawab luar biasa besar bagi perusahaan.

Dan pada akhirnya perjalanan ke barat memang bukanlah dilakukan hanya dengan mengirimkan empat orang Sun Go Kong atau empat orang Sha Wu Ching.

Perjalanan ke barat hanya akan tuntas lewat kerja sama karakter yang berbeda.



Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Terima kasih Pak Wirawan Winarto yang mengizinkan saya  menuang tulisan ini (sumber disini)

Tidak ada komentar: