Pasien dan Dokter

Hari pertama konsultasi ke dokter
Pasien memasuki ruangan poli dokter
Pasien : Assalamu'alaikum dokter (sambil mengulurkan tangan, untuk bersalaman)
Dokter : Selamat siang ibu. (Sambil melirik ke kertas di atas meja, yang berisi data pasien) ibu N***, PNS ya? PNS nya dimana Bu?
Pasien : Saya PNS di Metrologi Legal Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon.
D: Metereologi dan Geofisika ya Bu?
P : Bukan dokter. Saya Me-tro-lo-gi tentang tera timbangan.
D : Oh. Tera ya Bu.
P: (senyum garing)
D : keluhannya apa bu?
P : Saya sakit di perut bawah kiri.
D : silakan tiduran dulu ya, saya cek fisik dulu ya bu
P: ok (berjalan menuju kasur periksa)
*****
Hari kedua konsultasi ke dokter
Dokter : Selamat siang ibu. (Sambil melirik ke secarik berkas di atas meja yang berisi data pasien) ibu N***, PNS ya? PNS nya dimana Bu?
Pasien : saya PNS di Metrologi Legal Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon. Ini pertanyaan yang sama dengan konsul saya sebelum ini dok.
D: iya Bu. Pasien saya banyak. Mohon dimaklum.
P: (senyum garing)
D : keluhannya apa bu?
P : Saya sakit di perut bawah kiri.
D : silakan tiduran dulu ya, cek fisik
P: ok
*****
Hari ketiga konsultasi ke dokter, bapak saya yang sakit
P : Assalamu'alaikum dokter. Saya N***, kali ini yang mendampingi bapak saya konsul syaraf. Bapak saya petani, usia 71 tahun. Belakangan ini suka bertanya yang berulang-ulang. Seperti menanyakan kacamata dimana. Pertanyaan berulang 5-10 menit sekali.
D : Baik ibu (kemudian pandangan dokter tertuju pada Bapak saya). Bapak Namanya siapa pak?
Bapak saya (BS) :....... (Terdiam)
Saya : (pandangan tertuju pada bapak. Bengong dengan apa yang terjadi).
D : Apakah bapak lupa nama sendiri Bu? (Sambil mengalihkan pandangan pada saya)
S : Entahlah, kami belum pernah menanyakan satu pertanyaan tersebut dok.
D : Sejak kapan ibu, kondisi bapak seperti ini?
P: Entah dokter, baru minggu-minggu ini kami ketahui (senyum garing)
D : Bapak anak ada berapa pak?
BS : (terdiam tidak mengerti)
D : (mengalihkan pertanyaan yang lain). Disamping bapak siapa pak?
BS : (menoleh ke samping, namun terdiam)
D : Bapak punya cucu berapa?
BS : (masih terdiam, dan nampak bingung, entahlah apa yang ada dipikirannya)
D : silakan tiduran dulu ya pak, cek fisik
P: (saya menuntun mamoh ke kasur periksa)
D : (setelah periksa fisik BS, mengeluarkan secarik kertas). Ibu, bapaknya CT SCAN ya. Nanti kita lihat hasilnya kontrol berikutnya.
P : baik dok. Terima kasih.
*****
Hari keempat  konsultasik ke dokter
Dokter : Selamat siang ibu. (Sambil melirik ke secarik berkas di atas meja yang berisi data pasien) ibu N***, PNS ya? PNS nya dimana Bu?
Pasien : saya PNS di Metrologi Legal Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon. Ini pertanyaan yang sama dengan konsul saya sebelum ini dok, dan selalu dokter tanyakan hal ini. Gapapa dok, saya senang, artinya dokter ramah sekali menyapa pasien-pasiennya.
D: iya Bu. Pasien saya banyak. Maaf.
P: (senyum garing)
Dok, saya punya teman di Purworejo, namanya N********.
D : oiya, N******** menghubungi saya. Sebelum ini. Teman dimana Bu?
P : Teman kuliah dok.
D : oh gitu ya. Kuliah di negeri ya Bu. Klo Saya kuliah di luar negeri Bu. (Sambil tersenyum tipis, kubalas senyum juga). Baik ibu keluhannya apa?
P : Saya sakit di perut bawah kiri.
D : silakan tiduran dulu ya, cek fisik
P: ok
(Selesai)
P : Dok boleh minta nomor kontaknya?
D : (nyengir-nyengir) wah klo setiap pasien saya minta nomor kontak, bisa-bisa saya kerja 24 jam. Saya paling ngasih nomor kontak pada pasien yang gawat dan butuh penanganan cepat, apabila terlambat dapat menyebabkan kematian. Maaf ya Bu.
P : oiya gapapa dok. Maaf bila tidak berkenan. (Rasanya malu banget, pernah terlontar permintaan tadi, sadar diri, ada sebagian orang yang ingin privacy nya terlindungi. Ok, saya mengerti gpp dok)
D : baik ini resep ibu. Semoga lekas sembuh ya.
P : Terima kasih dok.
*****

Ketemu di jalan, diluar ruang konsultasi.
P : Dokter ******, mo kemana pak? (Sambil mengulurkan tangan)
D : (mengernyitkan dahi, mungkin berusaha mengingat-ingat siapa orang didepannya, sambil membalas berjabat tangan).
P : (nyengir garing, memastikan bahwa dokter memang benar-benar lupa).

Hikmah yang saya petik dari peristiwa ini:
Kadangkala kita menilai seseorang sangat sombong ketika disapa, tidak membalas. Bahkan harus kita terlebih dulu yang menyapa. Padahal orang yang kita hadapi malah benar-benar tidak memahami bahwa orang didepannya telah saling mengenal sebelumnya.

Setiap insan punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Barangkali seorang dokter memang lemah dalam mengingat personal, tapi dia punya keistimewaan mengingat teori pengobatan yang bukunya bila ditaro dimeja membuat mata ini terbawa kantuk.

Boleh jadi  kita (dikaruniai Allah) mudah menghafal orang perorang tapi jujurlah apakah anda juga mudah menangkap teori dan pelajaran yang seabrek (seperti seorang dokter di bangku kuliah). Suwer deh satu kost ama anak kedokteran bikin mata sepet. Bawa buku dari kost ke kampus atau sebaliknya bikin pegel2 saking tebelnya. Eh bener ga sih?

Alhamdulillah... Terimakasih dokter... Walaupun kau tidak mengingat, kami akan selalu ingat jasamu.

Walaupun kau sungkan untuk berbagi nomor kontak, bukan berarti putusnya silaturahmi.

Walaupun dipersimpangan jalan kau tak mengenal kami, kami tetap menyapamu. Tak peduli kau ingat atau tidak, karena sejujurnya, ingatan akanmu terekam jelas di memori kami.

Tidak ada komentar: